Menurut keterangan sejumlah pedagang sayur, harga kayu dan harga batu bata atau harga engsel pintu dan harga pasir atau harga genteng dan harga air cooler atau harga rolling door dan harga triplek atau harga wallpaper dinding dan harga cat besi komoditas sayuran yang harganya mengalami penurunan cukup drastis di antaranya adalah kol yang hanya Rp 4.000 per kg di tingkat eceran, sementara di tingkat bandar atau pasar induk harga hanya mencapai Rp 2.000 per kg. Wortel yang semula sempat mencapai Rp 18.000 per kg kini harganya hanya mencapai Rp 8.000 saja itu untuk kualitas super.
Harga cabai merah keriting juga demikian hanya mencapai Rp 16.000 per kg, bawang merah Rp 14.000 hingga Rp 16.000 per kg, mentimun Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per kg, terong Rp 4.000 per kg, serta paria Rp 4.000 per kg.
“Harga yang masih terbilang mahal sekarang ini hanya bawang daun, itu terjadi karena banyak petani yang belum panen. Kalau kol harga murah tapi jual tetap susah, penjualannya rendah,” kata Iwan pedagang sayur asal Desa Sukadana, Kecamatan Argapura yang berjualan di Pasar Sindangkasih Majalengka.
Menurut Iwan, harga kol jatuh tapi penjualan kol tetap sulit. 50 kg kol baru habis dalam kurun waktu dua hari. Apalagi untuk kol ukuran besar lebih sulit dijual, karena konsumen justru mencari kol yang ukurannya sedang.
“Kalau yang membeli ukuran besar paling hanya pedagang gorengan, untuk ibu rumah tangga jarang yang mau beli,” ungkap Iwan.
Menurut Icih pedagang sayur lainnya di awal Januari harga sayur justru hampir semua komoditas alami kenaikan. Malah harga wotrel di tingkat pengecer sempat mencapai Rp 25.000 per kg karena di pasar induknya telah mencapai Rp 18.000 per kg.
“Hampir semua harga sekarang turun, cabai merah apalagi di tingkat petani masih mencapai Rp 7.500. Harga murah tapi penjualan tetap seperti biasa, kenaikan omzet paling saat banyak warga yang hajatan,” tutur Juli.
Odah petani terong menyebutkan harga terong sudah lama rendah, malah di tingkat petani hanya mencapai Rp 700 per kg. Demikian juga dengan harga mentimun dan kacang panjang. Harganya hanya Rp 1.000 per kg.
“Harga di petani selalu rendah, sebaliknya harga di pasar di tingkat pengecer bisa empat kali bahkan lima kali lipat dari harga petani,” ungkap Odah.
Belum lagi jika petani yang menjual langsung ke kios di pasar uang penjualan tidak bisa dilakukan dengan cara kontan namun baru dibayar setelah sayuran laku terjual atau keesokan harinya.
“Jadi kalau kirim langsung ke pasar barang dagangan tidak bisa dijual kontan, baru bisa dibayar esok harinya sambil pengiriman barang berikutnya. Kalau tidak demikian barang tidak bisa masuk,” katan Odah yang suaminya biasa mengirim sayuran ke sejumlah pasar tradisional.